Ada lima
reaksi umum pada diri kita saat menghadapi masalah. Supaya mudah diingat,
kelima reaksi akan saya ilustrasikan dengan menggunakan simbol binatang.
Reaksi
pertama saya sebut dengan reaksi melawan. Ada orang yang ketika menghadapi
masalah, pertama-tama ia langsung menerjang dan melawan masalah yang ada, atau
menyerang orang yang menyebabkan masalah baginya. Terkadang, cara ini cukup
efektif, karena msalah langsung bisa diselesaikan dan dipecahkan. Orang ini
tegas dan berusaha dengan cepat menyelesaikan masalahnya.
Simbol orang
seperti itu adalah kerbau. Pada umumnya jika kerbau menghadapi
ancaman, ia akan langsung menyerang sumber ancaman. Cara seperti ini bisa
efektif, tapi bisa juga beresiko tinggi, khususnya jika tidak dipertimbangkan
situasinya. Misalnya seorang anak buah membalas argumentasi atasannya yang
dianggap memojokkan dirinya disuatu meeting. Siatasan memang berhenti menyerang
dirinya, namun dia membalas lagi dengan cara menghambat promosinya. Atau,
disuatu ajang prestasi produk para petugas sales yang punya produk yang sama
diminta menjelaskan kegunaan produk mereka.
Presentasi
itu berlangsung dengan saling menjelekkan produk kompetitor. Seorang sales yang
terdesak dan merasa dijelekkan juga membalas dengan menjelekkan produk
kompetitor. Ujung-ujungnya para direksi yang menilai produk mereka tidak
terkesan dengan prilaku saling menyerang para sales ini, sehingga akhirnya
mereka berdua tidak mendapat order.
Disisi lain,
cara menyerang ini bisa ampuh. Misalnya, seorang yang tiba-tiba menyelonong
dalam suatu antrian dengan tegas dipaksa mundur setelah dibentak oleh seorang
yang merasa jengkel dengan sikapnya yang tidak tahu sopan.
Untuk
menggunakan teknik ini, nasehat seni perang Sun Tzu tetap relevan. Anda harus tau kapan dan dimana anda
bertempur atau tidak. Pastikan bahwa tempat bertempur itu tidak merugikan ataupun akan memberikan
manfaat sebaik-baiknya bagi anda.
Reaksi kedua, Menunda menyerah sesaat, lalu memutar dan menyerang . Reaksi ini dilakukan ketika orang merasa bahwa ia
tidah mungkin menyerang langsung pada sumber masalah. Karena itu, orang ini
memikirkan strategi lain yang lebih jitu. Misalnya dengan cara menungggu
kesempatan lain atau mulai cara lain atau melalui orang lain.
Simbol orang
yang suka dengan teknik seperti ini adalah kucing. Perhatikan bagaimana seekor kucing mencari cara untuk
mendapatkan makananya. Ia tidak menyerah dan akan mencoba cara lain untuk
mendapatkan apa yang diinginkan. Kadang dia pura-pura jinak, tidak langsung
serobot, barangkali ia memikirkan cara bagaimana akhirnya bisa memperoleh apa
yang diinginkan.
Reaksi
ketiga, reaksi Lari dari
masalah. Reaksi
ini tatkala menghadapi masalah kita
mencoba untuk sembunyi atau menyalahkan orang lain. Orang mungkin menggunakan
teknik ini karena ketakutan atau khawatir. Tapi, lama kelamaan orang seperti
ini tidak akan bisa lari terus dari masalahnya. Simbol manusia seperti ini
adalah burung unta. Ketika menghadapi masalah, burung
unta sering kali membenamkan kepalanya kedalam pasir dengan harapan bahwa
bahayanya akan berlalu. Memang kadang cara ini membantu, khususnya jika
bahayanya adalah terpaan badai pasir yang kencang. Setelah berlalu, para unta
ini akan selamat. Tapi jika cara ini dipakai untuk menghadapi pemangsa binatang
buas, langkah ini justru menjadikan unta sebagai sasaran empuk.
Sama seperti
burung unta ini, reaksi melarikan diri dari masalah selesai, khususnya
masalah-masalah tertentu yang akan mereda sendiri dengan berlalunya waktu.
Misalnya menghadapi orang yang berada
dalam puncak emosi nya. Mungkin menghindar adalah cara yang lebih baik. Tapi
cara ini juga mengandung bahaya, karna sumber masalahnya tidak diselesaikan,
hanya ditunda. Di lain waktu bahaya dan ancaman dari masalah ini mungkin akan
timbul kembali.
Reaksi keempat disebut dengan reaksi pura-pura. Jenis manusia yang ketika
menghadapi masalah lalu berpura-pura dengan menyangkal masalah yang ada.
Misalnya, ada seorang yang ingin sekali dipromosikan, namun ternyata ia tidak
di promosikan, lalu ia berkata.” Nggak apa-apa koq rekan saya yang
dipromosikan. Emangnya enak promosi? Nggak enak tahu, jadi pimpinan disini.
Tambah banyak kerjaan.”
Simbol reaksi seperti ini adalah serigala. Ini
terkait dengan kisah serigala dengan anggur yang masam dan fabel. Konon, ada
serigala yang ngiler dengan buah anggur yang sudah ranum, yang tumbuh diatas
tembok rumah. Setelah berulang kali mencoba dan ternyata tidak berhasil, dengan
kelelahan serigala itu berlalu dari tembok tersebut sambil berkata: “ah, nggak
usah coba deh. Pasti anggur itu masam.”
Memang,
dengan begitu, reaksi keempat ini secara
cepat akan bisa menurunkan kekecewaan karena tidak tercapainya suatu yang
diinginkan. Namun, orang yang terlalu sering menggunakan cara-cara ”serigala
dengan anggur masam” ini sebenarnya membohongi dirinya dan lama-kelamaan justru menjadi tidak matang
dan tidak dewasa.
Reaksi
kelima adalah menggantung pada orang lain, dimana seseorang menyerahkan diri kepada orang lain saat
menghadapi masalah. Orang seperti ini adalah lintah. Sejarah pernah mencatat
kisah tentang suatu bangsa di pulau Melos disekitar Mediterania, yang begitu
bergantung pada orang-orang Sparta ditahun 416 SM. Karena begitu bergantungnya,
saat diserang oleh orang Athena dari Yunani, mereka masih percaya bahwa bangsa
sparta akan menolong mereka. Bangsa sparta ternyata tidak pernah muncul untuk
membantu mereka, dan hampir seluruh penduduk Melos terbunuh, sisanya dijadikan
budak.
Begitu pula
nasib orang yang terlalu bergantung pada orang lain untuk masalah-masalah hidupnya.
Masalahnya, tatkala orang menjadi gantungan tiba-tiba tidak bisa diandalkan dan
tidak bisa menolong, pihak yang tergantung berada pada situasi berbahaya.
Karena itu selalu disarankan untuk belajar menjadi mandiri dalam menghadapi
berbagai isu dan masalah hidup. Dengan begitu, kalau yang diandalkan tidak
muncul , kita tetap bisa bertahan dan mampu mengandalkan diri sendiri.
Masalah-masalah
kehidupan selalu akan mengadang kita. Berdayakan diri agar kita selalu
siap dan dapat mengatasinya. Cobalah untuk
fleksibel dalam menghadapi masalah anda. Masalah berbeda membutuhkan pendekatan
yan berbeda.
“Be
emotionally intelligent” C.Rright: Anthony Dio Martin .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar