Minggu, 30 Desember 2012

Cerita Bersama -Nya

Cerita Bersama -Nya Slideshow Slideshow:  Wow ★ Cerita Bersama -Nya Slideshow  ★ untuk Jakarta, Medan and Banten. Slideshow perjalanan ku.

Ini adalah beberapa foto kenangan bersama sahabat dekat ku dan saya buat menjadi sebuah video. :)
masih banyak foto-foto lain seperti di Kota Tua, Mall taman Anggrek, Blok M,  Monumen Nasional, Cibodas, Puncak Bogor, Renang di Sawangan Golf, dan tempat peristirahatan dimana kita selalu singgah untuk mengenyangkan perut :D seperti Kfc, Serabi Bingung, serabi Goen- goen, Mom's Pizza dan buanyaakkk lagiii...

Kamis, 20 Desember 2012

" Cinta yang Menuntut "


Bicara soal emosi cinta rasanya jauh lebih mudah mencintai orang saat orang tersebut kaya, termashyur, terkenal, pintar, menyenangkan, cantik / tampan, atau menguntungkan kita. Tatkala orang yang harus kita cintai tidak mungkin  memenuhi harapan ideal kita, dibutuhkan suatu  “cinta kasih dan hati yang besar” untuk menerima orang tersebut apa adanya. Tapi, inilah sesungguhnya dari cinta tak bersyarat.

Berikut ini adalah sebuah kisah tragis mengenai betapa sulitnya mencintai tanpa syarat. Ceritanya mengenai seorang serdadu Amerika yang baru saja tiba dari Perang Vietnam. Hari itu juga, tentara itu menelepon orangtuanya yang tinggal di San Francisco. Kebetulan yang mengangkat telpon adalah ibunya yang begitu gembira mendengar anaknya.

Tentara itu berkata kepada ibunya, “Bu, sebentar lagi saya akan pulang. Tapi, saya mempunyai satu permintaan. Saya punya seorang teman yang akan saya bawa turut bersama dengan saya.”
Si ibu dengan senangnya berkata, ”Boleh saja. Kami akan senang sekali bertemu dengannya”.
“Tapi, Bu, ada hal penting  yang ingin saya ceritakan tentangnya. Dia mengalami luka parah saat perang. Tanpa sengaja ia telah menginjak ranjau yang menyebabkan satu tangan serta kakinya hilang. Sekarang dia tak tau harus pergi kmana. Saya ingin dia bersama kita”, demikian kata anaknya.
Setelah terdiam sejenak, ibunya membalas, ” kami turut menyesal tentang temanmu itu. Tapi, mungkin kita tidak bisa carikan tempat lain dimana dia bisa tinggal”.

Dengan nada sedikit ngotot sianak mulai berkata, ”tidak, ibu, saya ingin dia tinggal bersama dengan kita”.
Si ibu mulai membalas dengan sedikit keras, ” Nak, kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Orang dengan kondisi cacat seperti itu akan menjadi beban berat untuk kita.  Kita sendiri punya kehidupan yang harus kita jalani. Dan kita tidak mungkin membiarkan orang seperti ini mengganggu kehidupan kita. Ayah dan ibu pikir, lebih baik kamu pulang dan lupakanlah temanmu itu. Dia pasti akan menemukan jalan hidupnya sendiri”.
Setelah mendengar jawaban ini, telepon ditutup oleh anaknya. Hingga beberapa hari lamanya, kedua orang tua ini tidak mendapatkan kabar apapun soal anaknya. Suatu hari, mereka justru menerima telepon dari kepolisian di san Francisco. Anak mereka ditemukan meninggal setelah jatuh dari gedung. Diperkirakan anaknya telah bunuh diri.

Dengan sepenuh perasaan sedih, mereka bergegas menuju kerumah sakit yang ditunjukkan oleh polisi, dimana mayat anaknya diletakkan. Dengan berhati-hati mereka diminta  untuk mengidentifikasi apakah dia benar-benar anaknya. Mereka memang mampu mengenali raut wajah anaknya yang telah meninggal. Mereka amat terpukul, tetapi yang lebih membuat mereka sedih lagi, ternyata anaknya hanya mempunyai satu kaki dan satu tangan!

Betapa sikap dan prilaku orang tua ini mencerminkan sikap dan prilaku kebanyakan dari kita. Tanpa sadar, kita lebih mencintai dan lebih mau menerima orang lain yang Sesuai harapan kita dan keinginan kita. Celakanya, kainginan ini tidak sekadar harapan, tetapi juga merupakan sebuah tuntutan. Inilah yang oleh Ken Keyes, dalam bukunya The Power of Unconditional Love dikatakan sebagai sumber ketidakbahagiaan emosional manusia.

Ken Keyes menelaskan sumber perasaan yang tidak menyenangkan (Unpleasant emotion) seperti rasa jengkel, marah , benci sebagai akibat pemograman didalam otak kita yang berisi tuntutan-tuntutan dari orang-orang disekeliling kita. Karena program diotak kita lebih bersifat tuntutan (demand) daripada pilihan (preference), kita terus- menerus mengalami perasaan tidak puas dalam hubungan kita dengan orang lain. Kita menuntut agar orang lain berfikir, bertindak, serta berprilaku seperti tuntutan kita.

Untuk mengatasi hal itu, ada sebuah tips sederhana bagi Anda. Daripada menuntut, mulailah menggunakan bahasa-bahasa pilihan yang ternyata lebih baik. Misalnya dari pada memaksa orang dengan berkata “kamu harus rapi. Kamu mesti datang lebih pagi”. Katakanlah begini :” Saya lebih suka kalau kamu rapih, saya lebih senang kalau kamu datang lebih pagi’ . Kalimat-kalimat itu tidak memaksa(demanding), tapi lebih menunjukkan pilihan kita (preference). Dengan pola kalimat seperti itu , orang tidak merasa dipaksa, tapi diminta secara baik-baik untuk melakukan apa yang kita inginkan.

Belajar dari kisah serdadu yang bunuh diri itu, ingatlah bahwa rasa kasih sayang yang diberikan dengan syarat-syarat pada dasarnya bukanlah kasih sayang. Tapi bisnis.

“ be emotionally intelligent”. Copy right Anthony Dio Martin.

Lima reaksi menghadapi masalah


Ada lima reaksi umum pada diri kita saat menghadapi masalah. Supaya mudah diingat, kelima reaksi akan saya ilustrasikan dengan menggunakan simbol binatang.

Reaksi pertama saya sebut dengan reaksi melawan. Ada orang yang ketika menghadapi masalah, pertama-tama ia langsung menerjang dan melawan masalah yang ada, atau menyerang orang yang menyebabkan masalah baginya. Terkadang, cara ini cukup efektif, karena msalah langsung bisa diselesaikan dan dipecahkan. Orang ini tegas dan berusaha dengan cepat menyelesaikan masalahnya.

Simbol orang seperti itu adalah kerbau. Pada umumnya jika kerbau menghadapi ancaman, ia akan langsung menyerang sumber ancaman. Cara seperti ini bisa efektif, tapi bisa juga beresiko tinggi, khususnya jika tidak dipertimbangkan situasinya. Misalnya seorang anak buah membalas argumentasi atasannya yang dianggap memojokkan dirinya disuatu meeting. Siatasan memang berhenti menyerang dirinya, namun dia membalas lagi dengan cara menghambat promosinya. Atau, disuatu ajang prestasi produk para petugas sales yang punya produk yang sama diminta menjelaskan kegunaan produk mereka.

Presentasi itu berlangsung dengan saling menjelekkan produk kompetitor. Seorang sales yang terdesak dan merasa dijelekkan juga membalas dengan menjelekkan produk kompetitor. Ujung-ujungnya para direksi yang menilai produk mereka tidak terkesan dengan prilaku saling menyerang para sales ini, sehingga akhirnya mereka berdua tidak mendapat order.

Disisi lain, cara menyerang ini bisa ampuh. Misalnya, seorang yang tiba-tiba menyelonong dalam suatu antrian dengan tegas dipaksa mundur setelah dibentak oleh seorang yang merasa jengkel dengan sikapnya yang tidak tahu sopan.
Untuk menggunakan teknik ini, nasehat seni perang Sun Tzu tetap relevan. Anda harus tau kapan dan dimana anda bertempur atau tidak. Pastikan bahwa tempat bertempur  itu tidak merugikan ataupun akan memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi anda.

Reaksi kedua, Menunda menyerah sesaat, lalu memutar dan menyerang . Reaksi ini dilakukan ketika orang merasa bahwa ia tidah mungkin menyerang langsung pada sumber masalah. Karena itu, orang ini memikirkan strategi lain yang lebih jitu. Misalnya dengan cara menungggu kesempatan lain atau mulai cara lain atau melalui orang lain.

Simbol orang yang suka dengan teknik seperti ini adalah kucing. Perhatikan bagaimana seekor kucing mencari cara untuk mendapatkan makananya. Ia tidak menyerah dan akan mencoba cara lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Kadang dia pura-pura jinak, tidak langsung serobot, barangkali ia memikirkan cara bagaimana akhirnya bisa memperoleh apa yang diinginkan.

Reaksi ketiga, reaksi Lari dari masalah. Reaksi ini tatkala  menghadapi masalah kita mencoba untuk sembunyi atau menyalahkan orang lain. Orang mungkin menggunakan teknik ini karena ketakutan atau khawatir. Tapi, lama kelamaan orang seperti ini tidak akan bisa lari terus dari masalahnya. Simbol manusia seperti ini adalah burung unta. Ketika menghadapi masalah, burung unta sering kali membenamkan kepalanya kedalam pasir dengan harapan bahwa bahayanya akan berlalu. Memang kadang cara ini membantu, khususnya jika bahayanya adalah terpaan badai pasir yang kencang. Setelah berlalu, para unta ini akan selamat. Tapi jika cara ini dipakai untuk menghadapi pemangsa binatang buas, langkah ini justru menjadikan unta sebagai sasaran empuk.

Sama seperti burung unta ini, reaksi melarikan diri dari masalah selesai, khususnya masalah-masalah tertentu yang akan mereda sendiri dengan berlalunya waktu. Misalnya menghadapi orang yang  berada dalam puncak emosi nya. Mungkin menghindar adalah cara yang lebih baik. Tapi cara ini juga mengandung bahaya, karna sumber masalahnya tidak diselesaikan, hanya ditunda. Di lain waktu bahaya dan ancaman dari masalah ini mungkin akan timbul kembali.

Reaksi  keempat disebut dengan reaksi pura-pura. Jenis manusia yang ketika menghadapi masalah lalu berpura-pura dengan menyangkal masalah yang ada. Misalnya, ada seorang yang ingin sekali dipromosikan, namun ternyata ia tidak di promosikan, lalu ia berkata.” Nggak apa-apa koq rekan saya yang dipromosikan. Emangnya enak promosi? Nggak enak tahu, jadi pimpinan disini. Tambah banyak kerjaan.”

 Simbol reaksi seperti ini adalah serigala. Ini terkait dengan kisah serigala dengan anggur yang masam dan fabel. Konon, ada serigala yang ngiler dengan buah anggur yang sudah ranum, yang tumbuh diatas tembok rumah. Setelah berulang kali mencoba dan ternyata tidak berhasil, dengan kelelahan serigala itu berlalu dari tembok tersebut sambil berkata: “ah, nggak usah coba deh. Pasti anggur itu masam.”
Memang, dengan begitu, reaksi keempat ini  secara cepat akan bisa menurunkan kekecewaan karena tidak tercapainya suatu yang diinginkan. Namun, orang yang terlalu sering menggunakan cara-cara ”serigala dengan anggur masam” ini sebenarnya membohongi dirinya  dan lama-kelamaan justru menjadi tidak matang dan tidak dewasa.

Reaksi kelima adalah menggantung pada orang lain, dimana seseorang menyerahkan diri kepada orang lain saat menghadapi masalah. Orang seperti ini adalah lintah. Sejarah pernah mencatat kisah tentang suatu bangsa di pulau Melos disekitar Mediterania, yang begitu bergantung pada orang-orang Sparta ditahun 416 SM. Karena begitu bergantungnya, saat diserang oleh orang Athena dari Yunani, mereka masih percaya bahwa bangsa sparta akan menolong mereka. Bangsa sparta ternyata tidak pernah muncul untuk membantu mereka, dan hampir seluruh penduduk Melos terbunuh, sisanya dijadikan budak.

Begitu pula nasib orang yang terlalu bergantung pada orang lain untuk masalah-masalah hidupnya. Masalahnya, tatkala orang menjadi gantungan tiba-tiba tidak bisa diandalkan dan tidak bisa menolong, pihak yang tergantung berada pada situasi berbahaya. Karena itu selalu disarankan untuk belajar menjadi mandiri dalam menghadapi berbagai isu dan masalah hidup. Dengan begitu, kalau yang diandalkan tidak muncul , kita tetap bisa bertahan dan mampu mengandalkan diri sendiri.

Masalah-masalah kehidupan selalu akan mengadang kita. Berdayakan diri agar kita selalu siap  dan dapat mengatasinya. Cobalah untuk fleksibel dalam menghadapi masalah anda. Masalah berbeda membutuhkan pendekatan yan berbeda.
“Be emotionally intelligent” C.Rright: Anthony Dio Martin .